BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Porifera adalah Phylum
antara protozoa dan coelenterara yang menghubungkan dengan metazoan. Pofifera
digolongkan dalam kelompok Parazoa. Filum Protozoa atau Filum protozoa yang
bersel tunggal hewan yang menerima ditinggalkan salah satu alias ditinggalkan
sel darah bersel admeasurement kecil bisa ditinggalkan menjadi jelas dengan
mikroskop. Protozoa hidup dapat di membaptis atau anatomi aktif atau
menambahkan basil sebagai parasit. Kegiatannya dapat ditinggalkan atau
menyendiri atau kumpulan atau koloni. Contoh: amuba / amoeba.
Jenis-Jenis Porifera
Spikula tersusun dari
zat kapur dan dari silikat, apakah Anda sudah mengamati dan membuktikan seperti
pada kegiatan sebelumnya? Dengan dasar zat penyusun inilah jenis Porifera ini
digolongkan. Beberapa kelas Porifera adalah sebagai berikut.
·
Kelas Calcarea, golongan Porifera ini mempunyai spikula yang
terbuat dari zat kapur. Umumnya hidup di air laut yang dangkal. Misalnya,
Scypha gelatinosa, Grantia, Leucosolenia.
·
Kelas Hexactinellida, golongan ini mempunyai spikula yang
terbuat dari zat kersik/silikat. Hidupnya di laut yang dalam, misalnya
Pheronema sp., Euplectella, Regadrella sp.
·
Kelas Demospongiae, kelas ini mempunyai spikula yang terbuat
dari zat kersik dan protein (spongin) atau hanya spongin saja. Tubuhnya lunak
dan tidak mempunyai skeleton. Hidup di laut yang dangkal, mempunyai jumlah
anggota yang paling banyak, misalnya Euspongia officinalis (spons mandi),
Spongilla, Haliclona, Microciona, Corticium.
1.2
Rumusan Masalah
Dari uraian di atas maka dapat di simpulkan
rumusan masalah yang akan dikaji yaitu:
1.
Bagaimana struktur tubuh porifera?
2.
Bagaimanakah proses pencernaan makanan, system eksresi, system
reproduksi dan system pernafasan porifera?
3.
ciri-ciri porifera?
4.
Klasifikasi porifera?
5.
Keuntungan dan kerugian porifera dalam kehidupan?
BAB II
PEMBAHASAN
FILUM PORIFERA
2.1 Karakteristik
Umum
Porifera (Latin: porus=pori, fer=membawa),
tubuhnya berpori, doploblastik, simentri radial, tersusun atas sel-sel yang
berkerja secara mandiri (belum ada koordinasi antar sel yang satu dengan
sel-sel lainnya). Fase dewasa bersifat sesil (menetap pada suatu tempat tanpa
mengadakan perpindahan), dan berkoloni. Habitat umumnya air laut dan ada yang
di air tawar (Famili Spongiliadae). Bentuk tubuh: kipas, jambangan
bunga, batang globular, genta, terompet, dan lain-lain. Warna tubuh: kelabu,
kuning, merah, biru, hitam, putih keruh, coklat, jingga (sering berubah
tergantung empat sinar ). Mempunyai rongga sentral (spongocoel).
Porifera merupakan hewan multiseluler yang paling
sederhana. Porifera sudah terdapat pembagian tugas kehidupan (diferensiasi),
hal ini mencirikan organisme tersebut mempunyai ingkat yang lebih tinggi dari
pada Filum Protozoa. Porifera hidup secara heterotrof. Makanannya
adalah bakteri dan plankton. Makanan yang masuk ke tubuhnya dalam bentuk cairan
sehingga porifera disebut juga sebagai pemakan cairan.
2.2 Struktur Tubuh
Tubunya diplobalstik, tersusun atas :
1. Lapisan luar (epidermis=epithelium
dermal). Terdiri atas pinakosit=pinako-derma(berbentuk
sel-sel polygonal yang merapat);
2. Lapisan dalam,
terdiri atas jajaran sel berleher (koanosit). Sel koanosit berfungsi
sebagai organ respirasi dan mengatur pergerakan air. Diantara lapisan luar dan
lapisan dalam terdapat meshopyl (mesoglea). Didalam
mesoglea terdapat organel-organel:
a.
Gelatin protein matrik
b.
Amubosit (sifatnya moil/mengembara). Sel amubosit berfungsi
untuk:
-
Transportasi O2dan zat-zat makanan, ekresi, dan
-
penghasil gelatin.
c.
Arkeosit merupakan sel amubosit yang tumpul dan
dapat membentuk sel-sel reproduktif.
d.
Porosit/ miosit terletak disekitar pori dan berfungsi untuk
menmbuka dan menutup pori.
e.
Skleroblast berfungsi membentuk spikula.
f.
Spikula merupakan unsur pembentuk tubuh.
Gambar 2.2 Struktur Tubuh Porifera (tipe
Akson)
Struktur tubuh porifera kecuali berfori dengan
macam-macam bentuk, dibagi atas tiga tipe yaitu:
1. Ascon
berbentuk seperti jambangan bunga yang
merupakan tipe yang paling sederhana dapat dilihat suatu rongga sentral yang
disebut Spongiocoel atau parangaster. Ujung rongga atas disebutOsculum. Pada
dinding hewan ini terdapat lubang-lubang kecil yang disebut Porosofil atau
pori yang disebut Ostium. Lubang itu merupakan pintu masuk
aliran air yang menuju ke dalam rongga Paragester.
Dinding tubuh tersusun dua lapis yaitu
1. Lapis luar disebut lapisan epidermis atau
epithelium dermal yang juga disebut pinacocy.
2. Lapisan
dalam terdiri atas jajaran sel-sel berleher yang disebut Choanocyt yang
berbentuk botol yang memiliki flagellum. Diantara dua lapisan tersebut terdapat
yang berbahan gelatin yaitu :
·
Amoebocyte yang berfungsi mengedarkan zat-zat makanan
kesellainnya dan menghasilkan gelatin.
·
Porocyte (sel pori) atau myocyt yang berfungsi membuka
dan menutup pori
2. Sycon atau
Scypha
Sycon ciliatum adalah spons calcarea, yang
merupakan spons dengan kerangka kalsium. Hal ini kecil dibandingkan dengan
spons lebih terkenal lainnya. Tumbuh sebagai bentuk tabung tunggal. Banyak kali
itu akan cluster dengan orang lain sehingga terlihat seperti beberapa cabang.
Ini adalah dengan semacam coklat atau abu-abu warna. Pada ujung tabung adalah
oscula khas dikelilingi oleh mahkota seperti spikula. Mereka bisa tumbuh sampai
9 cm, tapi khas adalah 1-3 cm. Permukaan mereka tampak berbulu. Mereka mudah
dikenali karena penampilannya yang unik mereka. Mereka ditemukan di zona
Sublittoral dangkal ditemukan di landas kontinen.
3. Rhagon
merupakantipesaluran air yang paling rumit.
Air masuk melalui pori kemudian memasuki saluran radial yang
bercabang-cabang dan saling berhubungan. Sel-sel koanositter dapat pada
rongga yang berbentuk bulat. Air kemudian keluar melalui oskulum. Contohnya
pada Euspongia dan Spongila.
Tubuh Porifera tersusun dari banyak sel
dansel-selnya ini meskipun sangat sederhana tetapi sudah memiliki tugas
sendiri-sendiri, yaitu ada yang bertindak sebagai kulit, penangkap makanan,
pengedar makanan, dan penyusun rangka. Susunan tubuhnya ada dua
lapisan/diplobastik, yaitu sebagai berikut.
·
Lapisan luar, tersusun oleh sel-sel epidermis berbentuk pipih
yang disebut pinakosit dan sebagai kulit luar.
·
Lapisan dalam yang
tersusunolehsel-selleher/koanosit berbentuk seperti corong yang memiliki
flagel, vakuola, dannukleus. Di antara kedua lapisan ini terdapat
mesenkim/mesoglea yang berisibahan gelatin/jeli dan bersifat koloid yang
terdapat sel-sel amoebosit bebas. Mesenkim ini berfungsi untuk
mengedarkan zat-zat makanan kesel-sel lainnya dan zat sisa metabolism dari satu
sel kesel lainnya. Terdapat juga rangka (spikulaatausporogin), yaitu merupakan
duri-duri penguat dinding yang lunak dandapatt ersusundari zat kapur, zat
kersik (silikat), atau protein. Jika Anda ingin mengamati bentuk spikula, Anda
dapat mengambil sedikit bagian tubuh bunga karang, kemudian letakkan pada objek
glass dengan menggunakan pinset, lalu tetesi air dan tutup dengan cover
glass.
2.3 Proses
Pencernaan Makanan
Porifera bersifat holozoik, dan saprozoik.
Partikel-partikel makanan menempel pada kolar. Pada saat itu mikrovili-mikrofili
koanosit bertindak sebagai filter. Makanan yang telah disaring oleh filter tadi
diolah di dalam vakuola makanan dengan bantuan enzym-enzym pencernaan (karbohidrase,
protease, dan lipase). Vakuola tadi kemudian mengadakan
gerakan siklosis (dalam rangka mengedarkan sari-sari makanan di dalam sel
koanosit itu sendiri). Setelah itu zat-zat makanan akan diedarkan ke sel-sel
tubuh secara difusi dan osmosis oleh amubosit.
2.4 Sistem
Pernafasan
Alat pernafasan terdiri atas: (1)
sel-sel pinakosit (bagian luar), dan koanosit (bagian
dalam). Oksigen yang telah ditangkap oleh kedua jenis sel tersebut
diedarkan ke seluruh tubuh oleh sel-sel amubosit yang terdiri
2.5 Sistem Ekskresi
Zat-zat
sampah sisa metabolisme diedarkan dari internal tubuhnya oleh amubosit.
2.6 Sistem Reproduksi
Porifera
ada yang bersifat monosious (hermafrodit) dan ada juga bersifat diosious. Yang
berkembang biak dilakukan secara seksual dan aseksual.
1. Perkembangan
seksual
Perkembangbiakan secara seksual belum
dilakukan dengan alat kelainan khusus. Baik ovum maupun spermatozoid berkembang
dari sel-sel amubosit khusus yang disebut arkeosid. Ovum yang belum atau telah
dibuahi oleh spermatozoid tetap tinggal didalam tubuh induknya (mesoglea).
Setelah terjadi pembuahan, maka zygod akan mengadakan pembelahan berulang kali,
akhirnya terbentuk larva berambut getar yang disebut amphiblastula, dan
kemudian akan keluar dari dalam tubuhnya melalui oskulum. Setelah amphiblastula
ini tiba di lingkungan eksternal, dengan rambut getarnya kemudian ia akan
berenang-renang mencari lingkungan yang bisa menjamin kelangsungan hidupnya
(kaya dengan O2 dan zat-zat makanan). Larva ini kemudian akan
berubah menjadi paranchymula. Bila telah menemukan tempat yang sesuai, maka ia
akan melekatkan diri pada objek tertentu dan selanjutnya tumbuh menjadi
Porifera baru.
2. Non
seksual
Perkembangbiakan secara non seksual dilakukan
dengan cara
·
Membentuk tunas atau kuncup kearah luar yang kemudian memisahkan
diri dari induknya dan hidup sebagai individu baru
·
Dengan membentuk kuncup kearah dalam (gemul = butir benih).
Cara ini terjadi sebagai penyesuaian diri
terhadap lingkungan yang kurang menguntungkan. Gemul dibentuk dari sel
arkeosit, dikelilingi oleh dinding tebal dari kitin dan dipakai oleh spikula,
serta di lengkapi oleh zat makanan. Cara reproduksi demikian umumnya ditemukan
pada porifera yang hidup di air tawar.
2.7 Sistem
Saluran Air
Sistem
saluran air dimulai pada pori dan diahiri pada lubang keluar utama yang disebut
oskulum. Sebelum air dikeluarkan melalui oskulum, air yang berasal dari segala
jurusan tubuh itu terlebih dahulu ditampung didalam rongga sentral (spongocoel)
fungsi
aliran ini adalah :
·
Sebagai sarana dalam penyelenggaraan pertukaran gas
(partikel-partikel makaanan o2, co2 dan
zat-sebaliknya.
·
Sebagai sarana dalam pengeluaran benda-benda reproduktif dan
penyebaran generasi.
Sehung dengan aliran air ini, porifera dalam
ukuran sedang (10 cm ), setiap harinya tidak kurang dari 2640 m3 air
keluar masuk melalui tubuhnya. Pada leuconia (leucandra), bertipe leucon dengan
tinggi 10 cm, diameter 1 cm, dengan jumlah flagel 2.250.000,
ternyata dapat memompa air sebanyak 22,5 liter/hari, dan kecepatan air yang
keluar dari oskulum sebesar 8,5 cm/detik.
2.8 Sistematika
Berdasarkan bahan
penyusun rangkanya, porifera diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yaitu
Hexactinellida atau Hyalospongiae, Demospongiae, dan Calcarea (Calcisspongiae).
A. Calcarea
Kerajaan : Animalia
Filum
: Porifera
Kelas
: Calcarea
Calcarea merupakan spons yang hidup di laut.
Spons ini memiki kerangka spikula dari zat kapur yang tidak terdeferensiasi
menjadi megaskleres dan mikroskleres. Bentuk spons ini bervariasi dari bentuk
yang menyerupai vas dengan simetri radial hingga bentuk bentuk koloni yang
membentuk bangunan serupa anyaman dari pembuluh-pembuluh yang kecil hingga
lembaran dan bahkan ada yang mencapai bentuk raksasa.
Sub kelas Calcaronea
Ciri khas dari sub kelas ini adalah larvanya
yang berupa larva amphibalstulae. Koanosit terletak pada posisi apical.
Flagela dari tiap koanosit muncul dari nucleus. Spikula triradiate biasanya
satu helai yang terpanjang dari yang lain . Struktur tipe saluran air yang ada
pada sub kelas ini berupa tipe leuconoid yang berasal dari tipe syconoid.
1. Ordo
Leucosolenida
Tipe ini memiliki struktur Asconoid. Contoh
Leucosolenia
2. Ordo Sycettida
Tipe saluran air yang ada pada ordo ini ada
yang berupa Syconoid atau Leuconoid. Contoh Sycon.
Sub Kelas Calcinea
Ciri khas yang ada sub kelas Calcinea adalah
larvanya yang berupa parenchymula dan flagella dari koanosit muncul tersendiri
dari nucleus koanosit yang menempati dasar sel.Pada sebagian besar
spesies triradiata , spikula memiliki ukuran yang sama. Bentuk Leuconoid yang
ada pada sub kelas ini tidak berasal dari tipe syconoid tetapi langsung berupa
anyaman dari asconoid.
1. Ordo Clathrinida
Ciri khas dari ordo ini adalah tipe saluran
airnya berupa asconoid yang secara permanen serta tidak memiliki membrane
dermal atau korteks. Contoh Clathrina
2. Ordo Leucettida
Ciri khas dari Ordo ini adalah tipe saluran
air yang berupa Syconoid hingga Leuconoid dengan membrane dermal atau korteks
yang jelas. Contoh Leucascus levcetta.
3. Ordo Pharetronida
Ciri khas yang ada pada ordo ini adalah tipe
saluran airnya yang berupa Leuconoid dan rangka tersusun dari spikula
quadriradiata yang disertai penguat calcareous. Contoh Petrobiona dan
Minchinella.
B. Hexactinellida
Kerajaan : Animalia
Filum
: Porifera
Kelas
: Hexactinellida
(Schmidt, 1870)
Sub Kelas : Hexasterophora dan
Amphidiscophora
Order
: Amphidiscosida
Order
: Aulocalycoida, Hexactinosa dan Lychniscosa
Hexactinelida merupakan porifera yang tersebar
luas pada semua lautan. Habitat utama dari porifera ini adalah pada lautan
dalam. Ciri yang membedakan kelas ini dari kelas lain adalah kerangkanya yang
disusun oleh spikula silikat. Kerangka spons pada kelas hexactinelida tidak
memiliki jaringan spongin. Sel epithelium dermal dan koanosit terbatas pada
bentuk-bentuk ruang yang tersembunyi.
a. Sub Kelas
Hexasterophora
Ciri khas yang ada pada subkelas ini adalah
microscleres parenchimalnya berupa hexaster. Contoh Euplectella.
b. Sub Kelas
Amphidiscorpha
Ciri utama pada sub kelas ini adalah
microscleres parenchimalnya berupa Amphidics. Contoh Hyalonema.
C. Demospongiae
Kingdom : Animalia
Filum
: Porifera
Kelas
: Demospongiae
Ordo
: Halichondrida
Porifera yang termasuk dalam kelas Demospongia
memiliki kerangka berupa empat spikula silica atau dari serabut spongin atau
keduanya. Beberapa bentuk primitive tidak memiliki rangka. Tipe saluran
air yang ada pada spons ini berupa Leuconoid. Porifera yang masuk dalam
kelompok Demospongia memiliki penyebaran yang paling luas dari daerah tidal
hingga kedalaman abvasal. Beberapa bentuk memiliki habitat di air tawar.
a. Sub
kelas Tetractinomorpha
Ciri Utama dari sub kelas Tetractinomorpha
adalah memiliki megaskleres tetraxonid dan monoxonid, mikroskleres asterose dan
kadang-kadang tidak memiliki serat spongin. Tubuh spons ini memiliki
bentuk radial dan perkembangan cortical axial mengalami kemajuan.
Kelompok ini mencakup spesies ovipar dengan stereogtastrula. Famili yang
primitive menetaskan amphiblastulae.
1. Ordo
Homosclerophorida
Porifera dalam ordo ini merupakan
Tetractinomorpha primitive yang memiliki struktur Leuconoid homogen
dengan sedikit dareah terdeferensiasi . Larva menetas berupa amphiblastula.
Spikulanya berupa teract berukuran kecil. Beberapa spesies tidak memiliki
rangka seperti pada Oscarella.
2. Ordo
Choristida
Porifera yang termasuk ordo Choristida paling
tidak memiliki beberapa megaskleres tetraxons, biasanya berupa triaenes,
mikroskleres berupa aster, sterptaster atau sigmasprae yang khas. Bentuk
tubuhnya seringkali rumit. Spons ini memiki korteks yang dapat dibedakan
secara jelas dan seringkali tersusun atasnlapisan fibrosa di sebelah dalam dan
lapisan gelatin di bagian luar. Contoh Geodia dan Aciculites.
b. Sub
Kelas Ceractinomorpha
Ciri utama yang menjadi dasar
pengklasifikasian dari sub kelas Ceractinomorpha adalah larvanya yang berupa
stereogastrula, megaskleresnya berupa monaxonid, dan mikrosklesesnya berupa
sigmoid atau chalete. Aster tidak pernah ditemukan. Pada rangkanya juga sering
ditemukan sponging B tetapi dalam jumlah yang bervariasi.
1. Ordo Halichondrida
Porifera yang ada dalam ordo
Halichomonacndrida memiliki Kerangka megaskleres berupa monactinal dan atau
diactinal serta tidak memiliki microskleres. Contoh Halichondrida,
Hymeniacidondan, Ciocalypta.
2. Ordo
Poecilosclerida
Porifera yang masuk dalam ordo ini memiliki
rangka yang selalu mengandung megaskleres choanosomal dan dermal.
ContohCoelosphoera dan Myxilla.
3. Ordo Haplosclerida
Porifera ini kadang-kadang memiliki rangka
silikat yang jika ada terbuat dari kategori tunggal dari megaskleres yang terletak
pada serat spongin atau bergabung dalam suatu anyaman yang diikat dengan
perekat spongin. Contoh Haliclona,. Megaskleresnya berupa
diactinal dan kadang-kadang berupa monactinal yang sedikit bervariasi dalam hal
ukuran. Jika ada, mikroskleresnya berupa Chelate, taxiform, sigmoid atau
raphdes.
Beberapa genus
seperti Dactylia tidak memiliki spikula dan mempunyai rangka dari
serat sponin. Rangka dermal berspikula tidak pernah ada . Dermal yang
terspesialisasi hanya terlihat pada Callyspongiidae dimana suatu jaringan yang
kompleks dari serat spongin bercabang-cabang menembus lapisan dermal. Contoh
Callyspongia
4. Ordo Dictyoceratida
Porifera yang masuk dalam ordo
Dictyoceratida tidak meiliki spikula. Rangka sepenuhnya tersusun dari suatu
anyaman dari serat spongin yang bisa menyertakan partikel lain seperti
pasir,kerang ,spikula atau spons lain. Lapisan dermal sering diperkuat oleh
spongin A
No
|
Kelas
|
Ordo
|
Spesies
|
1
|
Calcarea
(calcipsongiae) hidup di laut (pantai dangkal), bentuk tubuh sederhana, kerangka
tubuh tersusun atas CaCO3, koanositnya.
|
1. Asconosa (tipe askon
yang kemudia berubah menjadi tipe rhagon/leucon
|
Leucosolenia
|
2. Syconosa (tipe sikon,
tetapi kemudian berubah menjadi tipe rhagon/leucon.
|
Scypha
|
||
2
|
Hexactinellida (hyalospongiae)
hidup dilaut dalam, kerangka tubuhnya tersusun atas bahan kersik/silikat (H3S13O7,
spikula berduri 6 (heksanon), memiliki saluran air sederhana.
|
1. Hexasterophora
(spikulanya kebanyakan berbentuk bintang/ astrose)
|
Euplectella
|
2.
3. Amphidiscophora (spikula
berbentuk amphidiskus)
|
Hyalonema
|
||
3
|
Demospongiae
Umumnya hidup di
laut, beberapa spesies hidup diair tawar. Pada umum nya tidak mempunyai
rangka dan kalaun ada rangka terbuat dari kersik, spongin atau campuran keduanya
|
1. Carnosa
Rangka tubuh
tersusun atas bahan organik yang berbentuk bubur atau koloidal,
kadang-kadang ditemukan spikula kecil
|
Chondrosia
|
2. Choristida
Rangka tersusun atas
spikulaa-spikula yang berjajar empat, mencuat dari suatu titiksentral
|
Geodia
|
||
3. Epipolasida
Bentuknya sperikal,
spikula monakson serta mencuat menjari dari daerah sentral tubuhnya
|
tethya
|
||
4. Hadromerina
Spikula berbentuk
seperti pines
|
Cliona
|
||
5. Halichondaria
Spikula berujung dua
atau berbentuk seperti bulu
|
Halichondaria
|
||
6. Poeciloclerina
Rangka tubuh
tersusun atas berbagai bentuk spikula dan kadang-kadang spongin
|
Microciona
|
||
7. Haplosclerina
Kerangka fibrosa
|
Haliclona
|
||
8. Keratosa
Tidak berspikula,
berangka spongin
|
Spongia (alat
penggosok pada waktu mandi)
|
Berdasarkan
tempat proses terjadinya pengambilan zat-zat makanan atau sistem saluran air,
Porifera dibedakan menjadi tiga buah tipe,yaitu:
No
|
Tipe
|
Spesies
|
1
|
Ascon
Merupakan tipe yang paling sederhana, proses pengambilan
zat-zat makanan terjadi di dalam spongocoel
|
Leucosolenia
|
2
|
Sycon
Proses pengambilan makanan terjadi di dalam rongga
berflagel
|
Scypha
|
3
|
Rhagon
Proses pengambilan makanan terjadi di kamar (ruang)
kecil yang berflagel yang terdapat dibagian tengah saluran. Flagel tersebut
berasal dari koanosit-koanosit yang melapisi dinding kamar/ruang tersebut.
|
Spongia
|
3.9 Keuntungan
dan kerugian porifera dalam kehidupan?
·
Sebagai makanan hewan laut lainnya
·
Sebagai sarana kamuflase bagi beberapa hewan laut
·
Sebagai hiasan akuarium
·
Sebagai alat penggosok untuk mandi dan mencuci jenis
hippospongia
·
Porifera yang dijadikan obat kontrasepsi (KB)
·
Sebagai obat penyakit kanker dan penyakit lainnya
·
Sebagai campuran bahan industri (kosmetik)
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Asal usul hewan
porifera mengisyaratkan hewan ini merupakan turunan dari koloni protozoa jenis
‘choanoflagellata’. ‘Hewan spons’ itulah sebutan untuk filum porifera,
disebabkan seluruh permukaan tubuh hewan ini lobang-lubang kecil (pori).
Porifera merupakan hewan yang paling sederhana dari organisme multiseluler dan
sebagian besar hidup di laut. species yang hidup di air tawar, umumnya hewan
ini sebagai bentik di perairan.
Porifera bereproduksi
melalui dua cara, yaitu secara generatif ataupun secara vegetatif. Reproduksi
generatif, yaitu dengan sel-sel kelamin yang dihasilkan oleh sel amoeboid.
Porifera termasuk hewan monoesius atau hermafrodit karena dalam satu tubuh bisa
menghasilkan dua sel kelamin sekaligus. Reproduksi vegetatif dengan pembentukan
tunas ataupun kuncup. Ketika kuncup atau tunas-tunas tersebut lepas akan tumbuh
menjadi individu baru. Apabila Porifera berada dalam lingkungan yang kering,
maka akan membentuk gemmule atau kuncup dalam yang nantinya juga bisa tumbuh
menjadi individu baru.
Tubuh Porifera yang
sudah mati dapat dimanfaatkan sebagai penggosok ketika mandi ataupun mencuci.
Selain itu, dapat juga dimanfaatkan sebagai hiasan yang ada pada akuarium.
3.2
Saran
Dapat
di sadari makalah yang tersusun ini masih sangat banyak kekurangan dan masih
jauh pula dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kepada
para pembaca untuk memberikan kritik dan saran, untuk lebih baik makalah yang
disusun ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim
A. 2014. file:///E:/filum-porifera-hewan-berpori-pori.html Diakses tanggal 1
Maret 2014
Anoim
E. http://www.psychologymania.com/2013/09/peranan-penting-porifera-dalam-kehidupan.html
Anonim
F. http://perpustakaancyber.blogspot.com/2012/12/sistem-pernapasan-pada-porifera.html#ixzz2uOGMpu6E
Asrori,
Muhammad. 2005. Perkembangan Peserta Didik. Malang: Wineka Media
Demospongiae.
2014. file:///E:/Demospongiae.htm Diakses tanggal 1 Maret 2014
Hibberd,
Ty. Moore, Kirriliy. 2009. HIMI Benthic Invertebrate Field Guide. Australian
Antartic Division. Kingston
Kastawi,
Yusuf dkk. 2003. Zoologi Avertebrata. Malang :JICA Experts CPIU
Rusyana,
Adun. 2011. Zoologi Invertebrata.
Penerbit ALFABETA. Bandung
Soemadji.
2001. Zoologi. Pusat Penelitian Universitas Terbuka . Jakarta
Sunarto
dan B. Agung Hartono. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT dengan rahmat dan
karunianya penulis telah dapat menyelesaikan Makalah ini yang berjudul “PORIFERA`” Selawat beriring salam penulis kirimkan kepada junjungan
Alam Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat beliau sekalian.
Dalam penyelesaian
penulisan Makalah ini, penulis mendapat
bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya.
Segala usaha telah
dilakukan untuk menyempurnakan Makalah
ini. Namun penulis menyadari bahwa dalam Makalah ini mungkin masih ditemukan kekurangan dan
kekhilafan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat
dijadikan masukan guna perbaikan di masa yang akan datang.
Meureudu, 4 Desember 2015
Penulis,
Kelompok I
|
PORIFERA
MAKALAH
Diajukan untuk
memenuhi mata kuliah Parasitologi
Yang diasuh oleh Fadliyani, M.Pd
DI
SUSUN
OLEH
:
KELOMPOK
I
RISKA
DESIANA
CUT
JULIATI
YAYASAN
PEMBANGUNAN KAMPUS JABAL GHAFUR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
KAMPUS
B MEUREUDU
TAHUN 2015
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR
ISI............................................................................................................. ii
BAB
I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................... ........ 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................ ........ 2
BAB
II PEMBAHASAN................................................................................ ........ 3
2.1 Karakteristik Umum............................................................................ ........ 3
2.2 Struktur Tubuh.................................................................................... ........ 3
2.3 Proses Pencernaan Makanan................................................................ ........ 6
2.4 Sistem Pernafasan................................................................................ ........ 7
2.5 Sistem Ekskresi................................................................................... ........ 7
2.6 Sistem Reproduksi............................................................................... ........ 7
2.7 Sistem Saluran Air............................................................................... ........ 8
2.8 Sistematika.......................................................................................... ........ 8
2.9 Keuntungan dan kerugian porifera
dalam kehidupan......................... ........ 16
BAB
III PENUTUP......................................................................................... ........ 17
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... ........ 17
3.2 Saran.................................................................................................... ........ 17
DAFTAR
PUSTAKA............................................................................................... 18
|
Knp tulisannya merah, jadi sakit mata bacanya
BalasHapus